Profil Desa Karangasem
Ketahui informasi secara rinci Desa Karangasem mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Karangasem Cawas Klaten yakni wilayah seluas 193,57 hektare dengan populasi 3.148 jiwa, menonjolkan potensi Embung Jonggo sebagai irigasi pertanian dan destinasi wisata yang berlatar Gunung Kidul. Desa ini merupakan pusat warisan budaya tenun tradisi
-
Aset Hidrologi dan Wisata Unggulan
Memiliki Embung Jonggo (disebut juga Embung Karangasem) seluas hektare yang berfungsi ganda sebagai sumber irigasi pertanian dan ikon wisata alam yang sering dikunjungi pesepeda dengan pemandangan menghadap Gunung Kidul.
-
Pusat Warisan Budaya dan Kesenian
Aktif melestarikan warisan budaya tenun tradisional yang masih diproduksi hingga saat ini, serta rutin mengadakan pagelaran seni tradisional seperti wayang kulit, menegaskan identitas kultural yang kuat.
-
Basis Ekonomi Komunal
Struktur ekonomi lokal ditopang oleh UMKM yang dominan, khususnya usaha angkringan, yang mencerminkan pola aktivitas sosial dan ekonomi berbasis kerakyatan.
Desa Karangasem, yang merupakan bagian dari Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ialah sebuah desa yang berhasil menyelaraskan potensi agraris, warisan budaya, dan pengembangan pariwisata lokal. Terletak di sebelah tenggara pusat kota Kabupaten Klaten, desa ini memiliki posisi yang strategis dengan jarak sekitar kilometer dari ibu kota kabupaten. Identitas Karangasem diperkuat oleh keberadaan Embung Jonggo sebagai aset hidrologi vital dan tradisi tenun yang dijaga turun-temurun, menjadikannya model pengembangan desa berbasis kearifan lokal.
Data Geografis dan Kependudukan
Desa Karangasem memiliki luas wilayah yang signifikan, yakni sekitar meter persegi atau setara dengan
hektare. Secara administratif, desa ini dibagi menjadi
Rukun Warga (RW) dan
Rukun Tetangga (RT), menunjukkan organisasi kemasyarakatan yang tertata.
Desa Karangasem berjarak sekitar kilometer dari pusat pemerintahan Kecamatan Cawas, mempermudah koordinasi administrasi dan pelayanan publik. Batas-batas wilayah Desa Karangasem meliputi:
Berbatasan dengan Desa Nanggulan
Berbatasan dengan Desa Kedungampel dan Desa Ngerangan
Berbatasan dengan Desa Tancep
Berbatasan dengan Desa Burikan
Berdasarkan data Kampung Keluarga Berkualitas (KB) setempat, jumlah penduduk Desa Karangasem tercatat sebanyak jiwa, yang terbagi dalam
Kepala Keluarga. Dengan luas wilayah
kilometer persegi dan populasi
jiwa, maka kepadatan penduduk Desa Karangasem yakni sekitar
jiwa per kilometer persegi. Angka ini mencerminkan tingginya konsentrasi penduduk di desa, meskipun lokasinya berada di pinggiran kabupaten.
Embung Jonggo: Ikon Hidrologi dan Pariwisata
Salah satu aset alam dan infrastruktur terpenting di Desa Karangasem yakni Embung Jonggo (kadang disebut Embung Karangasem). Embung ini memiliki luasan sekitar meter kali
meter dengan total lahan sekitar
hektare. Fungsi utama Embung Jonggo ialah sebagai sarana irigasi yang vital, menyediakan perairan bagi lahan sawah yang berada di sekitarnya, yang mendukung keberlanjutan sektor pertanian.
Selain fungsi hidrologinya, Embung Jonggo telah bertransformasi menjadi destinasi wisata alam. Lokasi ini sering didatangi oleh pesepeda santai karena menawarkan pemandangan alam yang indah, terutama karena lanskapnya yang langsung berhadapan dengan perbukitan di kawasan Gunung Kidul (DIY). Pengembangan fungsi ganda ini—irigasi dan pariwisata—menunjukkan bagaimana Pemerintah Desa dan masyarakat memanfaatkan potensi sumber daya alam untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan komunal. Potensi ini sejalan dengan letak Kecamatan Cawas yang berada di bagian tenggara Klaten, dekat dengan perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Warisan Budaya Tenun dan Kesenian Tradisional
Desa Karangasem memiliki warisan kultural yang unik dan terus dilestarikan, yaitu kerajinan tenun tradisional. Produksi tenun ini merupakan budaya yang masih dilakukan oleh warga sampai saat ini. Keberadaan warisan tenun menunjukkan keahlian komunal di bidang kerajinan tangan yang berpotensi menjadi produk unggulan UMKM desa, yang memerlukan dukungan pengembangan dan pemasaran lebih lanjut agar dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
Selain kerajinan tenun, tradisi kesenian Jawa juga dipegang teguh. Desa Karangasem sering menyelenggarakan pagelaran wayang kulit, sebuah kesenian klasik yang memiliki nilai filosofis dan historis mendalam dalam kebudayaan Jawa. Rutinitas pagelaran ini tidak hanya bertujuan sebagai hiburan, melainkan juga sebagai sarana edukasi budaya dan pemersatu masyarakat desa. Pelestarian wayang kulit di tengah modernisasi merupakan indikator kuatnya kearifan lokal dan komitmen desa terhadap identitas budayanya.
Struktur Ekonomi dan UMKM
Di sektor ekonomi kerakyatan, Desa Karangasem menunjukkan geliat wirausaha yang tinggi. Data menunjukkan bahwa mayoritas UMKM di desa ini memiliki usaha dalam bentuk angkringan. Angkringan, yakni jenis usaha kuliner sederhana berbasis gerobak, merupakan cerminan pola ekonomi informal yang kuat dan menjadi titik interaksi sosial penting di malam hari. Dominasi jenis usaha ini mengindikasikan bahwa perekonomian desa ditopang oleh sektor perdagangan dan jasa skala kecil, yang sangat responsif terhadap kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Pengembangan UMKM angkringan dan potensi kerajinan tenun memerlukan intervensi berupa pelatihan manajemen usaha, digitalisasi pemasaran, dan penguatan permodalan, yang dapat dilakukan melalui program pendampingan desa atau kerjasama dengan institusi pendidikan, seperti yang pernah dilakukan melalui program KKN Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) pada tahun 2024. Sinergi antara potensi alam (Embung Jonggo), budaya (tenun dan wayang kulit), dan ekonomi kerakyatan (angkringan) merupakan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan Desa Karangasem yang berkelanjutan.
